SITUS KEAGAMAAN PROVINSI JAWA TIMUR
KABUPATEN PACITAN
KABUPATEN PONOROGO
Makam
di Ponorogo
1. Makam
Kyai Ageng Besari di Tegalsari Jetis Ponorogo
2. Makam
Bathoro Katong di Setono Jenangan Ponorogo
Masjid-masjid
bersejarah di wilayah kab Ponorogo
1. Masjid
Jami' Pasar Pon kota lama
2. Masjid
Setono Jetis
3. Masjid
Tegalsari
4. Masjid
Jami' Coper
5. Masjid
Jami' Josari
6. Masjid
Jami' Gentan
7. Masjid
Agung RM AA Cokronegoro
8. Masjid
Jami' Imam Puro
KABUPATEN
TRENGGALEK
KABUPATEN TULUNGAGUNG
1. Masjid Al-Mimbar berada di Desa
Majan Kecamatan Kedungwaru merupakan masjid tertua di Kabupaten Tulungagung.
Masjid ini peninggalan KH. Hasan Mimbar, salah satu Ulama besar dimasa kerajaan
Mataram. Sampai sekarang Masjid Al-Mimbar masih berdiri kokoh. Berbagai
aktivitas keagamaan diadakan di masjid ini. Bagaimana peranan Masjid Al-Mimbar
terhadap perkembangan Islam di Kabupaten Tulungagung
2. Masjid Tawangsari, Kecamatan Kedungwaru,
Tulungagung sangat dikenal oleh masyarakat Tulungagung dan sekitamya. Masjid
ini peninggalan Kyai Abu Mansur dari Mataram, salah satu Ulama besar
3. Makam Pangeran Benowo yang berada di
daerah pantai Popoh, Bedalem
4. Masjid Tiban Macanbang, yang terletak
di salah satu sudut Desa Macanbang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung,
Jawa Timur. “Masjid ini, tiba-tiba ada dan difungsikan sebagai tempat ibadah
oleh warga,”
5. Makam Zainal Abidin atau yang biasa
disebut Sunan Kuning, yang dimakamkan di Dusun Krajan, Desa Macanbang,
Kecamatan Gondang. Selama menjalankan tugas, banyak halangan yang dihadapi.
Makam Sunan Kuning memang sudah menjadi salah satu tempat yang ramai diziarahi,
terutama di malam Jumat Legi. Tak hanya dari Tulungagung dan sekitarnya, tetapi
juga dari Jawa Tengah dan Jawa Barat.
6. Syekh Basyaruddin, guru besar bupati
pertama Tulungagung, Tumenggung Ngabei Mangoendirono, Syekh Basyaruddin juga
merupakan penyebar agama Islam pertama di dusun Srigading.
7. Syekh Basyaruddin adalah keturunan
Syekh Abdurrahman bin Syekh Abdul Mursyad (Setono Landean, Kediri) bin Muhammad
Hasan Basyari, Ponorogo. Beliau hijrah dari tempat tinggalnya di Ponorogo dan
menyebarkan agama Islam di Tulungagung, Jawa Timur. Tepatnya di dusun
Srigading, Bolorejo, Kauman, Tulungagung
KABUPATEN LUMAJANG
KABUPATEN BONDOWOSO
KABUPATEN SITUBONDO
1. Makam KH. Asad Syamsul Arifin, saat
ini sedang di usulkan untuk memperoleh gelar pahlawan Nasional, alamat PP.
Salsfiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo
KABUPATEN PROBOLINGGO
KABUPATEN PASURUAN
KABUPATEN SIDOARJO
1. Masjid
Agung Sidoarjo,
2. Makam
Bu Nyai Sekardadu di daerah terpencil kepetingan Ibunda Sunan Giri
3. Makam
KH Ali Mas'ud Pagerwojo Buduran
4. Masjid
Jamik Al Abror Pekauman Sidoarjo
KABUPATEN MOJOKERTO
1.
Makam Syeh Jumadil Kubro Trowulan
2.
Makam Sunan Pangkat/ Sunan Krapyak di
dekat pemandian air panas padusan Pacet
KABUPATEN JOMBANG
KABUPATEN NGANJUK
KABUPATEN MAGETAN
KABUPATEN NGAWI
KABUPATEN BOJONEGORO
KABUPATEN TUBAN
KABUPATEN LAMONGAN
Kab. Lamongan :
1. Makam Sunan Drajat
Di Paciran Lamongan :
1. Masjid dan Makam Sunan Sendang Duwur
di Paciran Lamongan
2. Makam Joko Tingkir di Maduran
Lamongan
3. Makam Mbah Lamong (Bupati Lamongan
Pertama) di Kec. Lamongan
4. Makam Gunung Ratu (Ibunda Gajah
Mada) di Kec. Ngimbang
5. Makam Ibunda Sunan Giri di Kec.
Sugio
KABUPATEN GRESIK
1. Makam
Maulana Malik Ibrahim
2. Makam
Sunan Giri.
3. Makam Maulana Malik Ibrahim
4. Makam Sunan Giri
5. Makam Fatimah binti Maimun di desa
Leran
6. Makam Kanjeng Sepuh di Sidayu.
KABUPATEN BANGKALAN
KABUPATEN SAMPANG
1. Sekitar
tahun 1623 M ketika Madura berhasil ditaklukkan oleh kerajaan Mataram, istana
kerajaan dipindahkn kembali ke Madegan Polagan. Ki Demang merupakan salah satu
raja keturunan Majapahit yang sudah memeluk islam. Ia adalah kakek dari Panembahan
Lemah Duwur (1531-1592) yang kemudian dikenal sebagai pendiri Masjid Polagan
Sampang dimana sampai saat ini masih dikramatkan oleh sebagian besar mayarakat,
sehingga sering dijadikan tempat melakukan sumpah pocong oleh hampir semua
kalangan. Panembahan lemah duwur dikenal sebagai seorang raja yang berjasa
meletakkan dasar-dasar kepemimpinan Islam d Madura, khususnya di Sampang. Ia
adalah Ayah dari Pangeran Tengah (1592-1621) yang beristerikan Ratu Ibu I, yang
sampai saat ini makamnya berada di makam raja-raja Madegan Polagan Sampang.
2. Bujuk
Aji Gunung. Empu Bageno Patih dari Panembahan Lemah Duwur dalam menjalankan
amananya menyiarkan agama Islam mengutus putranya Raden Kobul untuk menyiarkan
agama islam di Sampang. Tempat tinggalnya di Kampung Panyepen Kelurahan
Dalpenang, dikatakan panyepen karena sebelum menyiarkan ilmu islam terlebih
dahulu harus nyepi dalam sebuah liang lahat persegi panjang. Sesudah mendapat
ijin dari Allah barulah beliau memulai tugasnya menyebarkan agama islam.
Diantars sekian banyak santri ada 3 santri yang berpangkat waliyullah yaitu 1.
Kyai Abdurrohman Agung Raba, Pademawu Pamekasan 2. Buyut Abdul Alam, Prajjan
Camplong 3. Buyut Abdul Jabbat Napo Omben. Ketiganya mempunyai kesaktian /
karomah yang luar biasa sebagai anugerah Allah. Sisa penggalian buyut Raden
Kabul (buyut Aji Gunung) yaitu surau atau langgar yang terletak dekat kediaman
Kyai Khotibul ( Alm). Bahwa Raden Kabul alias bujuk Aji Gunung lah yang
menurunkan ulama'-ulama di Madura termasuk yang berdomisili di luar Madura.
KABUPATEN PAMEKASAN
KABUPATEN SUMENEP
1. Asta
tinggi (Makam Raja-Raja Sumenep)
2. Masjid
Jamik Sumenep ( peninggalan Raja Sumenep)
3. Asta
Sayyid Yusuf di Kec Talango
4. Bujuk
Panaongan (Asta para Masyayikh yg baru di temukan di Kec. Pasongsongan)
KOTA KEDIRI
KOTA MALANG
KOTA PROBOLINGGO
KOTA PASURUAN
1.
Makam Habib Alwi bin Segaf bin
Assegaf lokasi depan SMUN2 - Kota Pasuruan.
2. Makam
Kyai Darmoyudho, lokasi di desa Prodeso, belakang kantor pajak Kota Pasuruan.
3. Makam
Mbah Slaga, Nyai Ratu Ayu Beri, lokasi di samping stadion Kota Pasuruan.
4. Makam
Surga - Surgi, Kyai Abdul Hamid bin Abdullah Umar, Kyai Achmad Chusaeri, Habib
Ja'far bin Syaikhan, Kyai Mas Imam, lokasi di belakang Masjid Jamik Al Anwar
Kota Pasuruan.
5. Makam
Kyai Abdul Ghofur/Sepuh, lokasi di desa Gentong dekat pertigaan gentong Kota
Pasuruan.
6. Makam
Mbah Ghozali lokasi di desa Petahunan dekat perkampungan.
7. Makam
Mbah Umar Ajimat lokasi di depan perumahan Gading Permai, belakang cafe tahu
8. Makam
Mbah Mas Chotib adik Mbah Selaga lokasi di samping Boma Bisma Indra desa
Ngemplak.
9. Makam
Mbah Joe pendiri desa Mandaran Rejo lokasi di belakang Masjid Al Ikhlas
Mandaran Rejo.
10. Makam
Mbah Walidiran, lokasi di belakang soto Cemara Bugul Kidul kota Pasuruan.
11. Makam
Mbah Qoriba lokasi dekat dengan pertigaan Lecari atau SMPN 5 Kota Pasuruan.
12. Makam
Mbah Arief, Mbah Abdulrahman, Mbah Kendil Wesi Lokasi desa Mantren Segoropuro
dan depan pabrik Samsung Rejoso kab. Pasuruan.
13. Mbah
Amin lokasi di desa Sedengan Kedawung, Kab. Pasuruan.
14. Makam
Mbah Soleh Semendi, lokasi di Winongan dekat dengan pabrik Aqua kab. Pasuruan.
15. Makam
Mbah Sakarudin, Mbah Sa'as ( leluhur Mbah Selaga ), lokasi di belakang Masjid
Tiban desa Keboncandi kab. Pasuruan.
16. Makam
Lowo Ijo ( Syeh Jalaludin ), lokasi di belakang Stadion Pogar Bangil, kab.
Pasuruan.
17. Makam
Mbah Dol lokasi Bangil
18. Makam
Habib Abdullah al Hadad cucu pengarang Rotib Al Hadad, lokasi desa Sangeng belakang alun alun Bangil.
19. Makam
Sarwani Al Banjari leluhur Tuan Guru Martapura, Lokasi Bangil.
20. Makam
Syarifah Khotijah ( Cucu Sunan Gunung Jati ), lokasi Swadesi Bangil kab.
Pasuruan.
21. Makam
Raden Bagus Cilik, lokasi depan POM bensin Raci - PIER, ada pekuburan umum
masuk terus kelihatan musholah dan makamnya di sebelah musholah.
KOTA MADIUN
Data
masjid bersejarah kota Madiun
1. Masjid
Agung Baitul Hakim,barat alon-alon kota madiun.
2. Masjid
Jami' Nurhidayatulloh, Kuncen Kota Madiun.
3. Masjid
Besar Kuno Taman Kota Madiun
KOTA SURABAYA
KABUPATEN BANYUWANGI
1. Makam
datuk Ibrahim
KABUPATEN BLITAR
KABUPATEN JEMBER
KABUPATEN KEDIRI
1. Sejarah Makam Aulya’ Kediri
Tempat
Kompleks makam Aulia’ Kediri berada di perbatasan antara Kabupaten Tulungagung
dengan Kabupaten Kediri,terletak di dusun Tambak,desa Ngadi,Kecamatan
Mojo-Kabupaten Kediri.
Pada saat perang Diponegoro sekitar tahun 1825 semua pasukan perang Diponegoro melarikan diri kesebelah timur lereng Gunung Wilis,dan membuka (membabat) hutan didaerah itu dengan menugaskan Kyai Imam Ashari (Senoatmojo). Sampai akhirnya menemukan tiga makam yang menjadi cikal-bakal terbentuknya kompleks makam Aulia’ Kediri. Tiga makam tersebut adalah makam dari Syekh Maulana Abdul Qodir Khoiri,Syekh Maulana Abdullah Sholleh, Syekh Maulana Muhammad Herman/Aruman.
Pada saat perang Diponegoro sekitar tahun 1825 semua pasukan perang Diponegoro melarikan diri kesebelah timur lereng Gunung Wilis,dan membuka (membabat) hutan didaerah itu dengan menugaskan Kyai Imam Ashari (Senoatmojo). Sampai akhirnya menemukan tiga makam yang menjadi cikal-bakal terbentuknya kompleks makam Aulia’ Kediri. Tiga makam tersebut adalah makam dari Syekh Maulana Abdul Qodir Khoiri,Syekh Maulana Abdullah Sholleh, Syekh Maulana Muhammad Herman/Aruman.
(Sumber
: Dikutip dari Blog edukasi/PENDIDIKAN Oleh: Denok Ayu Putri Wulandari dan
Muhammad Ainun Najib, Jumat, 24 September 2010)
Kyai
Imam Ashari (Senoatmojo), nama lengkapnya adalah Kyai Ali Basyirun Senoatmojo,
orang-orang tua atau sesepuh desa disekitar Ngadi dulu kala menyebutnya Kyai
Imam Ngas'ngari, yang pengucappannya terpengaruh oleh bahasa Jowo, misalnya
Mbah 'Aliman menjadi Mbah Ngaliman. Jadi nama beliau sebenarnya adalah Kyai
Imam Asy'ari atau Kyai Ali Basyirun Senoatmojo, Beliau dimakamkan di makam desa
Ngadi di posisi agak tengah sebelah Barat di tepi sungai yang cukup curam.
Dalam pelariannya untuk menyamarkan nama beliau agar selamat dari kejaran
Belanda maka beliau menggunakan nama Kyai Asy'ari atau Kyai Ngas'ngari . Saat
itu Beliau hanya membawa dua orang anaknya. seorang anak laki-lakinya yang
bernama Ma'sum dan seorang anak perempuannya (Maaf belum ada sumber yang menyebutkan
namanya). Ma'sum inilah yang ketika dewasanya dikenal dengan nama Kyai Imam
Nawawi yang makamnya terletak di belakang masjid lama Dusun Tambak (Makam
Auliya' masih ke arah barat dari jalam aspal masuk ke kiri).
Keturunan
Kyai Imam Nawawi diantaranya adalah Kyai Imam Samuri (Kyai Imam Samuri menjadi
dukun sunat) dan Kyai Imam Mimbar (Kyai Imam Mimbar menjadi pimpinan seni
jaranan di desa Tambak. Ngadi).Keduanya dimakamkan di komplek makam keluarga di
sebelah barat masjid lama Tambak. Kyai Imam Samuri memiliki anak-anak yang
menempati tempat tinggal di sebelah utara masjid lama Tambak Ngadi, dan
mengelolah lembaga pendidikan yang ada di sekitar komplek tersebut. Kyai Imam
Mimbar memiliki dua orang istri dan memiliki empat orang putra serta lima orang
putri. Keturunan Kyai Imam Mimbar, yang berdomisili di Dusun Tambak Ngadi
Kediri dan menempati lahan rumah Kyai Imam Mimbar yang dulu adalah Almarhum
Bapak Wiyoso dan anak turunnya hingga sekarang.
KH. Hamim Thohari Jazuli atau yang dikenal dengan nama Gus Miek, juga mengakui dan masih melihatnya sendiri pada zaman itu bahwa kedua Kyai tersebut, yaitu Kyai Imam Samuri dan Kyai Imam Mimbar keduanya adalah keturunan Pangeran Diponegoro yang berada di dusun Tambak Ngadi Kediri. Pengakuan Gus Miek ini terungkap dari kumpulan "Dawuh-dawuh Gus Miek", (Tex Lengkap) pada dawuh nomor 28 sebagai berikut :
Dhawuh 28
KH. Hamim Thohari Jazuli atau yang dikenal dengan nama Gus Miek, juga mengakui dan masih melihatnya sendiri pada zaman itu bahwa kedua Kyai tersebut, yaitu Kyai Imam Samuri dan Kyai Imam Mimbar keduanya adalah keturunan Pangeran Diponegoro yang berada di dusun Tambak Ngadi Kediri. Pengakuan Gus Miek ini terungkap dari kumpulan "Dawuh-dawuh Gus Miek", (Tex Lengkap) pada dawuh nomor 28 sebagai berikut :
Dhawuh 28
Makam
ini yang menemukan keturunan Pangeran Diponegaoro. Dulu, desa ini pernah dibuat
istirahat oleh pangeran Diponegoro. Di desa ini tidak ada shalat dan tidak ada
apapun. Keturunan Diponegoro ini ada dua, yang satu menjadi dukun sunat tetapi
kalau berdandan nyentrik, sedang adiknya jadi pemimpin seni jaranan
Diantara
alasan mengapa Gus Miek membeli tanah di sekitar Dusun Tambak Ngadi yang akan
dijadikannya makam Auliya' seperti sekarang ini, dan beliau juga waktu masih
sugengnya berwasi'at , agar dimakamkan di makam auliya' ini, padahal Gus Miek
juga mempunyai komplek makam keluarga yang berada di komplek Pondok Pesantren
Al-Falah Ploso, adalah karena adanya tiga makam tua yaitu makam tiga orang
waliyullah tersebut di atas Tiga makam tersebut adalah makam dari Syekh Maulana
Abdul Qodir Khoiri,Syekh Maulana Abdullah Sholleh,Syekh Maulana Muhammad
Herman/Aruman. Hal ini terungkap dalam dawuh-dawuh Gus Miek, yaitu dawuh nomor
23 dan dawuh nomor 30 sebagai berikut :
Dhawuh 23
Dhawuh 23
Di
bukit ini terdapat 3 tiang kokoh (panutan), yaitu (1) Syaikh Abdul Qodir
Khoiri, seorang wali yang penuh kasih, (2) Abdul Sholih As-Saliki, seorang wali
yang terus menjaga wudhunya demi menempuh jalan berkah, (3) Muhammad Herman, ia
adalah wali penutup, orang-orang terbaik berbaur dengannya. Wahai tuhanku,
berilah manfaat dan berkah mereka. Kumpulkan aku bersama mereka.
Dhawuh
30
Di
tambak itu, kalau bisa bersabar, akan terasa seperti lautan, dan kalau bisa
memanfaatkan, akan banyak sekali manfaatnya. Tapi kalau tidak bisa
memanfaatkan, ia akan bisa menenggelamkan.
2. Ponpes
Pertama di Kediri
Berawal dari perang diponegoro antara
th 1925-1930,ketika Pangeran Diponegoro ditangkap, pasukan bubar dan melarikan
diri,yang sebagian besar kearah jawa timur, tidak jelas siapa nama aslinya
karena alasan keselamatan dari kejaran belanda sering pindah tempat dan
nama,setelah lama pindah" ketemulah sebuah tempat yg tersembunyi jauh dari
jalan raya karena tempatnya ditepi jurang dan banyak bambu uluh (bambu bahan
seruling)sehingga tempat tersebut diberi nama Juranguluh hingga kini,ketika di
Juranguluh ini beliau terkenal dengan nama Mohammad Ma'ruf nama aslinya tidak
ada yang tahu termasuk mbah Nyai Sepuh, juga tdk tahu nama asli Kyai Mohammad
Ma'ruf. Istri beliau bernama Nyai Hj Aminah keturunan Banjarmlati
Kediri,dikaruniai 2 putri & 1 putra,yaitu Maryam,Siti Fatimah,dan M.
Haromain (Kormen),Nyai Maryam dinikahi KH Abdul Wahab dikaruniai 5putra 4
putri,Mbah wahab begitu beliau dipanggil,meski umurnya masih muda,beliau banyak
mewarisi kanuragan dari sang mertua yg konon terkenal sakti, ketika KH Mohammad
Ma'ruf wafat th 1892 beliau menggantikan sang mertua memimpin pesantren dan
perjuangan beliau membimbing masyarakat. Menurut keterangan KH Imam Yahya
Makhrus Lirboyo, bahwa sebelum KH Makhrus berangkat ke Surabaya ketika agresi Belanda
beliau sowan ke Juranguluh bersama tentara glatik untuk mengatur setrategi,bahkan
KH Zaenudin Djazuli Ploso pernah dawoh bahwa beliau KH Djazuli mengungsi ke
Juranguluh ketika terjadi agresi belanda ke 2,tetangga pesantren dulu banyak yg
punya mortir untuk ganjal pintu,karena alasan keamanan mortir" itu
akhirnya diamankan oleh koramil Mojo, menurut keterangan para tetua,bahwa
didepan masjid dulu ada sumur besar untuk menimbun senjata rampasan pedang samurai
dan lain-lain. KH Abdul Wahab juga terkenal sakti
terbukti dimasa pasca kemerdekaan ketika terjadi pemberontakan G30/S PKI, beliau
banyak menggembleng para pemuda Anshor dan masyarakat yg membutuhkan.sekarang
sampai pada generasi ke 6 pesantren Al Ma'ruf memiliki unit pendidikan mulai
TPA, RA,MI dan PPTQ Al Ma'ruf.
3.
Pondok Pesantren Al-Jauhar,
Masjid At Taqwa, Rumah Alm Kiai Makhrus Aly di Desa Kanigoro Kecamatan Kras
Kediri. Adalah tempat bersejarah yang menjadi saksi peristiwa penyerangan PKI.
Pada 13
Januari 1965. Kala itu, jarum jam baru menunjukkan pukul 04.30. Ia dan 127
peserta pelatihan mental Pelajar Islam Indonesia (PII) sedang asyik membaca
Al-Quran dan bersiap untuk salat subuh. Tiba-tiba sekitar seribu anggota PKI
membawa berbagai senjata datang menyerbu. Sebagian massa PKI masuk masjid,
mengambil Al-Quran dan memasukkannya ke karung. Selanjutnya dilempar ke halaman
masjid dan diinjak-injak. Para peserta pelatihan digiring dan dikumpulkan di
depan masjid. Semua panitia diikat dan ditempeli senjata. Massa PKI juga
menyerang rumah Kiai Jauhari, pengasuh Pondok Pesantren Al-Jauhar dan adik ipar
pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai Makhrus Aly. Ayah Gus Maksum itu
diseret dan ditendang ke luar rumah.
Selanjutnya, massa PKI mengikat dan menggiring 98 orang, termasuk Kiai
Jauhari, ke markas kepolisian Kras dan menyerahkannya kepada polisi. Di
sepanjang perjalanan, sekelompok anggota PKI itu mencaci maki dan mengancam
akan membunuh. Mereka mengatakan ingin menuntut balas atas kematian kader PKI
di Madiun dan Jombang yang tewas dibunuh anggota NU sebulan sebelumnya.
Kejadian
itu dikenal sebagai Tragedi Kanigoro pertama kalinya PKI melakukan penyerangan
besar-besaran di Kediri. Penyerbuan di Kanigoro menimbulkan trauma sekaligus
kemarahan kalangan pesantren dan anggota Ansor Kediri, yang sebagian besar
santri pesantren. Memang kala itu para santri belum bergerak membalas. Namun,
seperti api dalam sekam, ketegangan antara PKI dan santri makin membara.
KABUPATEN
MADIUN
Data
masjid bersejarah kota Madiun
1. Masjid
Agung Baitul Hakim, barat alon-alon kota Madiun.
2. Masjid
Jami' Nurhidayatulloh, Kuncen Kota Madiun.
3. Masjid
Besar Kuno Taman Kota Madiun
Data
masjid bersejarah kota Madiun
1. Masjid
Agung Baitul Hakim, barat alon-alon kota Madiun.
2. Masjid
Jami' Nurhidayatulloh, Kuncen Kota Madiun.
3. Masjid
Besar Kuno Taman Kota Madiun
KABUPATEN MALANG
Situs
keagamaan Kab Malang
1. Makam
Mbah Thohir 'Bungkuk' Singosari, Pondok Pesantren Miftahul Falah, Masjid At-thohiriyah
2. Pondok
Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen
3. Petilasan
Makam RM Imam Soejono (Gunung Kawi)
KOTA BATU
KOTA BLITAR
KOTA MOJOKERTO
1. KH.
AHYAT HALIMI, lahir di Mojokerto tahun 1917.
Beliau sebelum menjadi Kyai, beliau dikenal sebagai pejuang Hizbulloh
bersama dengan KH. Nawawi dan juga dengan KH. Yusuf Hasyim Asyari, setelah Indonesia
merdeka beliau pernah menjadi anggota konstituante, dalam waktu yang tidak lama
beliau pernah jadi Katib (kalau istilah sekarang adalah Penghulu) di KUA kec. Kota
Mojokerto sekitar tahun 1950an, gajinya tidak pernah diambil, tetapi diberikan kepada
anak buahnya. sekitar th 1954 beliau ngajar ngaji di surau-surau dengan
masyarakat sekitar.
Dengan berkembangnya
zaman sekitar tahun 1965 kemudian beliau mendirikan Ponpes Sabilul Muttaqin di
jl. Wahid Hasyim Mojokerto, selain itu beliau banyak ide utk mendirikan
lembaga-lembaga Pendidikan (SMP dan SMA Islam Brawijaya), Rumah Yatim RS
SAKINAH Mojokerto.
Beliau dikenal masyarakat
sebagai Pejuang Kemerdekaan, Pejuang Islam, Dermawan, Sufi serta Zuhud.
Beliau wafat 10 Pebruari 1991, dimakamkan di makam keluarga, jl Wahid Hasyim Mojokerto.
Perjuangan beliau dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu KH Muthoharun Afif, LC, MHI, yang juga sebagai ketua MUI kota Mojokerto(2 periode, sampai sekarang).
Beliau wafat 10 Pebruari 1991, dimakamkan di makam keluarga, jl Wahid Hasyim Mojokerto.
Perjuangan beliau dilanjutkan oleh menantu beliau yaitu KH Muthoharun Afif, LC, MHI, yang juga sebagai ketua MUI kota Mojokerto(2 periode, sampai sekarang).
Setiap tahun (haul wafat beliau) dihadiri
ribuan masyarkt, dari dalam dan luar kota mojokerto.